Senin, 26 Maret 2012

MENCARI PRESIDEN YANG TIDAK LEBAY

Keterlibatan aparat Tentara Nasional Indonesia dalam pengamanan aksi unjuk rasa mahasiswa dan masyarakat menolak kenaikan harga bahan bakar minyak di depan Istana Negara beberapa waktu lalu menunjukkan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan jajaran pemerintahan tengah mengalami fenomena paranoid politik.
Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindakan Kekerasan (Kontras) Haris Azhar mengatakan fenomena paranoid politik itu terjadi ketika Presiden merasa ada pihak-pihak tertentu yang mau menggulingkan pemerintahannya dengan memanfaatkan isu kenaikan harga BBM per 1 April mendatang.
Karena itu, upaya penggulingan yang dianggap inkonstitusional itu direspons pemerintah dengan menurunkan aparat TNI untuk memastikan adanya perlindungan bagi mereka. "Saya pikir ini paranoid dan lebay," kata Haris kepada Tempo di kantor Kontras, Jakarta, Jumat, 23 Maret 2012. "Jadi kalau misalnya Presiden dipanggil lebay oleh publik kita ini, ya, wajarlah."
Menurut Haris, paranoid politik itu membuat pemerintah mengalami sebuah masalah ketika mereka menganggap bahwa masyarakat sipil tidak mengerti atas keputusan pemerintah untuk menurunkan aparat TNI dalam aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM. "Tapi kami mengerti, kontrol sipil itu ada," ujarnya. "Kami menolak TNI dilibatkan dalam situasi-situasi yang seperti ini."
Haris juga mengatakan paranoid politik itu kemudian membuat pemerintah langsung menempatkan aparat TNI berada di barisan depan untuk menakut-nakuti para penunjuk rasa. "Saya kira ini salah," ucap dia. Menurutnya, hal semacam itu menunjukkan terjadinya politisasi kebijakan ekonomi. "Kebijakan ekonomi dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan yang militeristik," kata Haris.
Sebelumnya, pada Rabu kemarin terjadi demonstrasi besar hingga mengepung Istana. Pendemo yang jumlahnya mencapai ribuan itu sempat terlibat baku pukul dengan polisi. Tak hanya polisi, di halaman dalam Istana Negara yang menghadap Jalan Medan Merdeka Utara juga disiagakan tentara berpakaian loreng dalam jumlah yang cukup besar.

MIMPI SAYA TENTANG INDONESIA

Indonesia merupakan negara yang paling kaya dibandingkan dengan negara negara lainnya. Buktinya saja banyak rempah rempah yang dihasilkan dari negara ini, seperti lada, ketumbar dll. Selain itu letak indonesia yang sangat strategis yang diapit oleh 2 benua dan 2 samudera yang menjadikan indonesia sebagai jalur mata rantai perdagangan dunia. Indonesia juga memiliki daratan yang luas, lautan yang luas. 

Tapi dalam kenyataannya saat ini indonesia menjadi negara miskin. Seperti yang kita lihat saat ini dari segi perekonomian saja banyak rakyat yang kurang mampu menjadi pengemis dijalan, menjadi tukang cuci, menjadi penyapu jalan,dll. untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin meroket tajam. Sampai- sampai pemerintah mengadakan pembagian BLT yang dirasa cukup membantu untuk rakyat miskin. Tapi hal itu nihil, karena cara yang kurang efektif. Banyak penganguran karena kebijakan pemerintah tentang peraturan sisten kontrak, banyaknya pekerja TKI yang dikirim kenegara negara lain untuk dipekerjakan.

Dari segi hukum di Indonesia, saya rasa menggunakan sistim "PILIH KASIH". Buktinya saja beberapa waktu lalu ada seorang anak yang mencuri sendal harus dipenjarakan, sedangkan aparat pemerintahan yang tersandung masalah KKN atau tindak pidana lain diberi hukuman yang tidak sesuai. Bahkan Aparat pemerintahan yang dipenjara pun masih bisa pergi keluar negri, menikmati fasilitas kemewahan yang ada dalam penjara. dan masih banyak lagi. Dari segi politik diindonesia tampaknya mengantut sistem " Ada Uang Anda Menang ".

Saya berharap dimasa mendatang Indonesia menjadi lebih baik lagi dari segi Perekonomian, Pemerintahan, Keamanan, Hukum, dan Politik. Saya berharap pemerintahan yang bersih tanpa KKN. Jika ada yang tersangkut masalah hukum saya harap diadili dengan seadil-adilnya tanpa pandang bulu, Tidak ada lagi rakyat yang menderita kelaparan dan Penjaminan kesehatan bagi seluruh rakyat, Penyediaan Lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya sehingga tidak ada lagi pengiriman TKI keluar negri, Pendidikan yang berkualitas dan terjangkau bagi rakyat miskin, Sarana pendidikan yang memadai untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Pengobatan yang terjangkau dan merata untuk setiap masyarakat. Pemanfaatan SDA dan SDM yang memnadai dan efisien. 


Saya rasa hal yang saya sebutkan diatas tadi bisa membantu untuk menajadikan indonesia negara yang lebih baik, Maju dan berkembang dimasa yang akan datang. Amin. Sekian dan Terima Kasih. 

Sabtu, 17 Maret 2012

Wayang

WAYANG GOLEK

1. Asal-usul
Asal mula wayang golek tidak diketahui secara jelas karena tidak ada keterangan lengkap, baik tertulis maupun lisan. Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari wayang kulit karena wayang golek merupakan perkembangan dari wayang kulit. Namun demikian, Salmun (1986) menyebutkan bahwa pada tahun 1583 Masehi Sunan Kudus membuat wayang dari kayu yang kemudian disebut wayang golek yang dapat dipentaskan pada siang hari. Sejalan dengan itu Ismunandar (1988) menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat bangun 'wayang purwo' sejumlah 70 buah dengan cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro. Pertunjukkannya dilakukan pada siang hari. Wayang ini tidak memerlukan kelir. Bentuknya menyerupai boneka yang terbuat dari kayu (bukan dari kulit sebagaimana halnya wayang kulit). Jadi, seperti golek. Oleh karena itu, disebut sebagai wayang golek.

Pada mulanya yang dilakonkan dalam wayang golek adalah ceritera panji dan wayangnya disebut wayang golek menak. Konon, wayang golek ini baru ada sejak masa Panembahan Ratu (cicit Sunan Gunung Jati (1540-1650)). Di sana (di daerah Cirebon) disebut sebagai wayang golek papak atau wayang cepak karena bentuk kepalanya datar. Pada zaman Pangeran Girilaya (1650-1662) wayang cepak dilengkapi dengan cerita yang diambil dari babad dan sejarah tanah Jawa. Lakon-lakon yang dibawakan waktu itu berkisar pada penyebaran agama Islam. Selanjutnya, wayang golek dengan lakon Ramayana dan Mahabarata (wayang golek purwa) yang lahir pada 1840 (Somantri, 1988).

Kelahiran wayang golek diprakarsai oleh Dalem Karang Anyar (Wiranata Koesoemah III) pada masa akhir jabatannya. Waktu itu Dalem memerintahkan Ki Darman (penyungging wayang kulit asal Tegal) yang tinggal di Cibiru, Ujung Berung, untuk membuat wayang dari kayu. Bentuk wayang yang dibuatnya semula berbentuk gepeng dan berpola pada wayang kulit. Namun, pada perkembangan selanjutnya, atas anjuran Dalem, Ki Darman membuat wayang golek yang membulat tidak jauh berbeda dengan wayang golek sekarang. Di daerah Priangan sendiri dikenal pada awal abad ke-19. Perkenalan masyarakat Sunda dengan wayang golek dimungkinkan sejak dibukanya jalan raya Daendels yang menghubungkan daerah pantai dengan Priangan yang bergunung-gunung. Semula wayang golek di Priangan menggunakan bahasa Jawa. Namun, setelah orang Sunda pandai mendalang, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda.

2. Jenis-jenis Wayang Golek
Ada tiga jenis wayang golek, yaitu: wayang golek cepak, wayang golek purwa, dan wayang golek modern. Wayang golek papak (cepak) terkenal di Cirebon dengan ceritera babad dan legenda serta menggunakan bahasa Cirebon. Wayang golek purwa adalah wayang golek khusus membawakan cerita Mahabharata dan Ramayana dengan pengantar bahasa Sunda sebagai. Sedangkan, wayang golek modern seperti wayang purwa (ceritanya tentang Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam pementasannya menggunakan listrik untuk membuat trik-trik. Pembuatan trik-trik tersebut untuk menyesuaikan pertunjukan wayang golek dengan kehidupan modern. Wayang golek modern dirintis oleh R.U. Partasuanda dan dikembangkan oleh Asep Sunandar tahun 1970--1980.

3. Pembuatan
Wayang golek terbuat dari albasiah atau lame. Cara pembuatannya adalah dengan meraut dan mengukirnya, hingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Untuk mewarnai dan menggambar mata, alis, bibir dan motif di kepala wayang, digunakan cat duko. Cat ini menjadikan wayang tampak lebih cerah. Pewarnaan wayang merupakan bagian penting karena dapat menghasilkan berbagai karakter tokoh. Adapun warna dasar yang biasa digunakan dalam wayang ada empat yaitu: merah, putih, prada, dan hitam.

4. Nilai Budaya
Wayang golek sebagai suatu kesenian tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tetapi meliputi keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu disosialisasikan oleh para seniman dan seniwati pedalangan yang mengemban kode etik pedalangan. Kode etik pedalangan tersebut dinamakan "Sapta Sila Kehormatan Seniman Seniwati Pedalangan Jawa Barat". Rumusan kode etik pedalangan tersebut merupakan hasil musyawarah para seniman seniwati pedalangan pada tanggal 28 Februari 1964 di Bandung. Isinya antara lain sebagai berikut: Satu: Seniman dan seniwati pedalangan adalah seniman sejati sebab itu harus menjaga nilainya. Dua: Mendidik masyarakat. Itulah sebabnya diwajibkan memberi con-toh, baik dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku. Tiga: Juru penerang. Karena itu diwajibkan menyampaikan pesan-pesan atau membantu pemerintah serta menyebarkan segala cita-cita negara bangsanya kepada masyarakat. Empat: Sosial Indonesia. Sebab itu diwajibkan mengukuhi jiwa gotong-royong dalam segala masalah. Lima: Susilawan. Diwajibkan menjaga etika di lingkungan masyarakat. Enam: Mempunyai kepribadian sendiri, maka diwajibkan menjaga kepribadian sendiri dan bangsa. Tujuh: Setiawan. Maka diwajibkan tunduk dan taat, serta menghormati hukum Republik Indonesia, demikian pula terhadap adat-istiadat bangsa.

Wayang

WAYANG GOLEK

1. Asal-usul
Asal mula wayang golek tidak diketahui secara jelas karena tidak ada keterangan lengkap, baik tertulis maupun lisan. Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari wayang kulit karena wayang golek merupakan perkembangan dari wayang kulit. Namun demikian, Salmun (1986) menyebutkan bahwa pada tahun 1583 Masehi Sunan Kudus membuat wayang dari kayu yang kemudian disebut wayang golek yang dapat dipentaskan pada siang hari. Sejalan dengan itu Ismunandar (1988) menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat bangun 'wayang purwo' sejumlah 70 buah dengan cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro. Pertunjukkannya dilakukan pada siang hari. Wayang ini tidak memerlukan kelir. Bentuknya menyerupai boneka yang terbuat dari kayu (bukan dari kulit sebagaimana halnya wayang kulit). Jadi, seperti golek. Oleh karena itu, disebut sebagai wayang golek.

Pada mulanya yang dilakonkan dalam wayang golek adalah ceritera panji dan wayangnya disebut wayang golek menak. Konon, wayang golek ini baru ada sejak masa Panembahan Ratu (cicit Sunan Gunung Jati (1540-1650)). Di sana (di daerah Cirebon) disebut sebagai wayang golek papak atau wayang cepak karena bentuk kepalanya datar. Pada zaman Pangeran Girilaya (1650-1662) wayang cepak dilengkapi dengan cerita yang diambil dari babad dan sejarah tanah Jawa. Lakon-lakon yang dibawakan waktu itu berkisar pada penyebaran agama Islam. Selanjutnya, wayang golek dengan lakon Ramayana dan Mahabarata (wayang golek purwa) yang lahir pada 1840 (Somantri, 1988).

Kelahiran wayang golek diprakarsai oleh Dalem Karang Anyar (Wiranata Koesoemah III) pada masa akhir jabatannya. Waktu itu Dalem memerintahkan Ki Darman (penyungging wayang kulit asal Tegal) yang tinggal di Cibiru, Ujung Berung, untuk membuat wayang dari kayu. Bentuk wayang yang dibuatnya semula berbentuk gepeng dan berpola pada wayang kulit. Namun, pada perkembangan selanjutnya, atas anjuran Dalem, Ki Darman membuat wayang golek yang membulat tidak jauh berbeda dengan wayang golek sekarang. Di daerah Priangan sendiri dikenal pada awal abad ke-19. Perkenalan masyarakat Sunda dengan wayang golek dimungkinkan sejak dibukanya jalan raya Daendels yang menghubungkan daerah pantai dengan Priangan yang bergunung-gunung. Semula wayang golek di Priangan menggunakan bahasa Jawa. Namun, setelah orang Sunda pandai mendalang, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda.

2. Jenis-jenis Wayang Golek
Ada tiga jenis wayang golek, yaitu: wayang golek cepak, wayang golek purwa, dan wayang golek modern. Wayang golek papak (cepak) terkenal di Cirebon dengan ceritera babad dan legenda serta menggunakan bahasa Cirebon. Wayang golek purwa adalah wayang golek khusus membawakan cerita Mahabharata dan Ramayana dengan pengantar bahasa Sunda sebagai. Sedangkan, wayang golek modern seperti wayang purwa (ceritanya tentang Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam pementasannya menggunakan listrik untuk membuat trik-trik. Pembuatan trik-trik tersebut untuk menyesuaikan pertunjukan wayang golek dengan kehidupan modern. Wayang golek modern dirintis oleh R.U. Partasuanda dan dikembangkan oleh Asep Sunandar tahun 1970--1980.

3. Pembuatan
Wayang golek terbuat dari albasiah atau lame. Cara pembuatannya adalah dengan meraut dan mengukirnya, hingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Untuk mewarnai dan menggambar mata, alis, bibir dan motif di kepala wayang, digunakan cat duko. Cat ini menjadikan wayang tampak lebih cerah. Pewarnaan wayang merupakan bagian penting karena dapat menghasilkan berbagai karakter tokoh. Adapun warna dasar yang biasa digunakan dalam wayang ada empat yaitu: merah, putih, prada, dan hitam.

4. Nilai Budaya
Wayang golek sebagai suatu kesenian tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tetapi meliputi keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu disosialisasikan oleh para seniman dan seniwati pedalangan yang mengemban kode etik pedalangan. Kode etik pedalangan tersebut dinamakan "Sapta Sila Kehormatan Seniman Seniwati Pedalangan Jawa Barat". Rumusan kode etik pedalangan tersebut merupakan hasil musyawarah para seniman seniwati pedalangan pada tanggal 28 Februari 1964 di Bandung. Isinya antara lain sebagai berikut: Satu: Seniman dan seniwati pedalangan adalah seniman sejati sebab itu harus menjaga nilainya. Dua: Mendidik masyarakat. Itulah sebabnya diwajibkan memberi con-toh, baik dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku. Tiga: Juru penerang. Karena itu diwajibkan menyampaikan pesan-pesan atau membantu pemerintah serta menyebarkan segala cita-cita negara bangsanya kepada masyarakat. Empat: Sosial Indonesia. Sebab itu diwajibkan mengukuhi jiwa gotong-royong dalam segala masalah. Lima: Susilawan. Diwajibkan menjaga etika di lingkungan masyarakat. Enam: Mempunyai kepribadian sendiri, maka diwajibkan menjaga kepribadian sendiri dan bangsa. Tujuh: Setiawan. Maka diwajibkan tunduk dan taat, serta menghormati hukum Republik Indonesia, demikian pula terhadap adat-istiadat bangsa.

Pengalaman Liburan

Liburan Akhir Semester

Halo semuanya. Cuma mau cerita aja tentang liburan waktu akhir semester 1 kemarin-kemarin. Sebenernya gakemana-mana, cuman sempet ke Bandung, dan cuma sehari-_-. Okeoke langsung cerita aja ya.

Sebelum ke Bandung, saya dirumah aja, main komputer, nonton tv, main kerumah temen, ya ngebosenin banget. Sampai akhirnya, ortu ngajakin ke Bandung, tapi cuman sehariT.T, yaudahlah mending daripada gakemana-mana-_-. Kita berangkat ke Bandung tanggal 30 Desember 2010, pas malem-malem gitulah, biar besoknya di Bandung seharian-.-. Abis itu, kita nginep di hotel Progo, deket Gedung Sate.

Besok paginya, kita semua jogging sebentar di jalan sekitaran Gedung Sate. Disitu kita sempet beli baju juga-,-. Setelahjogging, kita balik ke hotel buat sarapan. Abis itu, kita ke Ciwalk, buat nemenin bunda beli baju ama sepatu gitu-_-. Terus pas siangnya kita balik lagi ke hotel buat makan siang. Sorenya, kita beli brownies kukus buat saudara di Jakarta. Setelah selesai beli brownies, kita balik ke hotel buat check out. Setelah itu, kita balik deh ke Jakarta:-D.

Pengalaman Liburan

Liburan Akhir Semester

Halo semuanya. Cuma mau cerita aja tentang liburan waktu akhir semester 1 kemarin-kemarin. Sebenernya gakemana-mana, cuman sempet ke Bandung, dan cuma sehari-_-. Okeoke langsung cerita aja ya.

Sebelum ke Bandung, saya dirumah aja, main komputer, nonton tv, main kerumah temen, ya ngebosenin banget. Sampai akhirnya, ortu ngajakin ke Bandung, tapi cuman sehariT.T, yaudahlah mending daripada gakemana-mana-_-. Kita berangkat ke Bandung tanggal 30 Desember 2010, pas malem-malem gitulah, biar besoknya di Bandung seharian-.-. Abis itu, kita nginep di hotel Progo, deket Gedung Sate.

Besok paginya, kita semua jogging sebentar di jalan sekitaran Gedung Sate. Disitu kita sempet beli baju juga-,-. Setelahjogging, kita balik ke hotel buat sarapan. Abis itu, kita ke Ciwalk, buat nemenin bunda beli baju ama sepatu gitu-_-. Terus pas siangnya kita balik lagi ke hotel buat makan siang. Sorenya, kita beli brownies kukus buat saudara di Jakarta. Setelah selesai beli brownies, kita balik ke hotel buat check out. Setelah itu, kita balik deh ke Jakarta:-D.

Hak Warga Negara Indonesia

Hak Warga Negara Indonesia


Pendidikan Kewarganegaraan

Hak Warga Negara Indonesia

1.     Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum
2.     Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
3.     Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam pemerintahan
4.     Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing yang dipercayai
5.     Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
6.     Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau nkri dari serangan musuh
7.     Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku

Kewajiban warga Negara Indonesia

Kewajiban warga Negara Indonesia

Kewajiban Warga Negara Indonesia

1.     Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela, mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh
2.     Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda)
3.     Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya
4.     Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang berlaku di wilayah negara indonesia
5.     Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik.